Gemas 'Bungkus' Tugu Zapin dengan Spanduk

Gemas 'Bungkus'  Tugu Zapin dengan Spanduk

RIAUMANDIRI.CO- Koalisi Masyarakat sipil, Mahasiswa, dan Seniman Riau yang tergabung dalam Gerakan Menolak ASap (Gemas) melakukan aksi dengan membentangkan sepanduk sepanjang 80 meter bertuliskan ‘Riau Bebas Asap 2023’ dan aksi teaterikal ‘Jerebu Masa Lalu’di Tugu Zapin Pekanbaru saat Car Free Day (CFD).

“Aksi ini untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau agar segera menjalan kebijakan yang sudah

ada yaitu Perda No 1 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan,” kata Veri Syardianta, Koodinator aksi.


Pada 15 Februari 2023, Gubernur Riau menetapkan status siaga darurat karhutla dengan Nomor: KPTS/191/11/2023 hingga 30 November 2023.

Penetapan status siaga darurat itu menurut Syamsuar berdasarkan arahan Presiden dan Menkopolhukam serta perkiraan BMKG terkait adanya fenomena El Nino 2023.

Tanda-tanda El Nino di Riau dibuktikan dengan karhutla yang terjadi di Dumai dan Bengkalis sejak 18 April sampai 10 Mei 2023. 

Berdasarkan data BPBD Riau, sejak Januari hingga Mei 2023, lahan terbakar di Riau mencapai 430,46 hektare. 

Dari total luasan lahan terbakar, Kabupaten Bengkalis paling banyak terbakar yakni seluas 175,46 ha, kemudian disusul Kota Dumai seluas 98,97 ha, Kabupaten Inhil 43,50 ha, Pelalawan 31,18 ha, Rohil 38 ha, Siak 13,95 ha, Kota Pekanbaru 10,18 ha, Meranti 9,75ha, Kampar 7 ha, dan Inhu 2,15 ha.

Catatan Jikalahari El Nino 2015 dan 2019 menghanguskan lahan seluas lebih 150 ribu hektar, lebih 400 ribu terpapar penyakit ISPA, 8 orang meninggal, dan lebih 70 triliun kerugian negara.

“Karhutla ini terjadi karena Gubernur Riau Syamsuar lamban menjalankan Perda Nomor 1 Tahun 2019, salah satunya melakukan pemantauan di areal yang rawan terjadi karhutla,” kata Veri, koordinator aksi.

Aksi di buka dengan penampilan musik, teaterikal dengan tema “Jerebu Masa Lalu” di iringi dengan pembuatan grafity di tugu zapin yang di balut dengan plastik.  Penampilan seni ini menggambarkan situasi dimana kebakaran hutan terjadi pada 2015 dan 2019.

“Makna dari perpaduan musik, teaterikal, dan grafity ini mengartikan sebatang pohon bisa kusulap jadi seribu batang ‘korek api’ tapi sebatang ‘korek api’ bisa memusnahkan berjuta-juta pohon,” kata Beni Riaw, Seniman Riau.

Salah satu peserta aksi menyampaikan pesan kepada masyarakat, khususnya anak muda Riau mengambil bagian dalam tuntutan Riau Bebas Asap 2023. 

Saling bersolidaritas dan membangun gerakan bersama memaksa pemerintah melaksanakan kewajibannya memenuhi hak dasar anak muda dan generasi berikutnya atas lingkungan yang baik dan sehat.

“Kita generasi saat ini memiliki tanggungjawab mewariskan lingkungan yang baik dan sehat bagi generasi selanjutnya. Hal ini merupakan kewajiban kita mewujudkan keadilan antargenerasi. Tanpa desakan dan tuntuan anak muda, hal ini tidak akan pernah terwujud,” kata Hafiz, Ketua Mapala Humendala.(dik)