Indonesia Dulu Pernah Terkena Sanksi FIFA IOC gegara Tolak Israel

Indonesia Dulu Pernah Terkena Sanksi FIFA IOC gegara Tolak Israel

RIAUMANDIRI.CO- Jauh sebelumnya, Indonesia pernah kena sanksi FIFA dan IOC karena menolak kehadiran Israel. Kini, Merah-Putih kembali terancam hukuman serupa di Piala Dunia U-20 2023.

Drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali dibatalkan FIFA. Babak pengundian yang rencananya digelar pada 31 Maret itu batal menyusul berbagai penolakan terhadap Timnas Israel, salah satu kontestan turnamen ini.

Beberapa insan politik Indonesia sebelumnya menolak kehadiran Timnas Israel di Indonesia. Gubernur Bali I Wayan Koster, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Keadilan Sejahtera yang menolak Israel main di Indonesia.


Pembatalan drawing Piala Dunia U-20 2023 menimbulkan tanda tanya bagi tuan rumah. Indonesia bahkan dihantui ancaman untuk batal menyelenggarakan Piala Dunia U-20 karena dianggap tak cakap menjadi tuan rumah.

Tidak hanya itu, Indonesia bisa kena sanksi FIFA apabila batal menyelenggarakan Piala Dunia U-20. Mulai dari dibekukan FIFA, dikucilkan dari sepakbola internasional, hingga tak lagi dipertimbangkan untuk menjadi tuan rumah turnamen olahraga kelas dunia.

Dalam sejarahnya, Indonesia pernah dua kali kena sanksi olahraga akibat menolak kehadiran Israel. Hal itu terjadi saat kualifikasi Piala Dunia 1958 dan Asian Games 1962.

Kualifikasi Piala Dunia 1958

Pada 1957, Indonesia menolak bertanding dengan Israel dalam kualifikasi Piala Dunia 1958. Alasan politik menjadi dasar penolakan tersebut.

Pemerintah Indonesia menganggap laga melawan Israel dapat menyebabkan hilangnya dukungan 14 negara Arab dalam perjuangan Indonesia mengambil kembali Papua Barat di Sidang Umum PBB 1957. RI saat itu membutuhkan dukungan internasional demi merebut wilayah Papua Barat dari Belanda.

Keputusan pemerintah Indonesia menolak Israel mendapat dukungan penuh Gamal Abdul Nasser. Presiden Mesir tersebut mengirim pesan khusus agar Indonesia tidak memainkan laga kontra Israel, lantaran hal itu bisa dianggap sebagai sikap tidak simpati Indonesia kepada negara-negara Arab yang menentang Israel.

Berbanding terbalik dengan sikap pemerintah, PSSI masih mengupayakan pertandingan kedua negara digelar. PSSI menilai penolakan justru akan memunculkan ketidakpuasan masyarakat kepada pemerintah, yang mana dinilai jauh lebih berbahaya ketimbang hilangnya dukungan dari 14 negara-negara Arab.

PSSI melobi langsung FIFA dan meminta pertandingan home-away digelar di tempat netral. Tiga utusan dikirim ke markas FIFA di Swiss, termasuk Kosasih Purwanegara yang menjabat wakil ketua, pada September 1957.

PSSI menyodorkan proposal kepada FIFA untuk menggelar pertandingan melawan Israel di lokasi netral yang dapat diterima Israel. PSSI juga bersedia membayar biaya perjalanan tim nasional Israel.

Proposal PSSI ditolak Israel yang masih ingin memainkan laga kandang di Tel Aviv, tapi tak masalah untuk pertandingan away digelar di tempat netral. Indonesia dan Israel tidak mencapai kesepakatan sesuai tenggat waktu dari FIFA.

Komite eksekutif FIFA akhirnya mencoret Indonesia dari kualifikasi Piala Dunia 1958. Indonesia dianggap mengundurkan diri karena gagal menyelenggarakan laga kontra Israel dengan alasan politik.

Selain itu, Indonesia juga kena sanksi denda 5.000 franc dari FIFA. Indonesia dinilai melanggar Pasal 6 Peraturan FIFA soal hukuman kepada negara yang mundur ketika sudah memainkan laga kualifikasi Piala Dunia.