AS Perlu Adopsi Sistem Demokrasi dan Budaya Indonesia

AS Perlu Adopsi Sistem Demokrasi dan Budaya Indonesia

RIAUMANDIRI.CO - Mantan Diplomat Amerika Serikat (AS) Stanley Harsha mengatakan, sistem demokrasi dan budaya Indonesia bisa diadopsi AS dan negara lainnya di dunia.

Sebab, dia menilai demokrasi dan budaya di Indonesia mengedepankan perdamaian, bukan konflik atau perang.

"Indonesia bisa jadi model yang sangat bagus bagi dunia. Amerika akan lebih bagus kalau bisa terima budaya di sini, ada unsur dari budaya Indonesia," kata Stanley beristrikan orang Solo itu dalam Gelora Talks bertajuk 'Geopolitik Outlock 2023' di Jakarta, Rabu (21/12/2022) petang.

Menurut Stanley, para diplomat AS sebenarnya sangat mengerti dalam membina relasi atau hubungan dengan China. Para diplomat AS sudah mengedepankan cara berdiplomasi yang halus dengan China agar tercipta perdamaian.

Namun, para politikus di AS justru menjadikan isu China sebagai komoditas politik mereka agar populer. Politikus AS berpandangan bahwa China tidak boleh diberikan kekuasaan, dan beranggapan AS adalah negara yang paling hebat, dan tidak boleh ada negara lain yang mengunggulinya.

"Inilah masalah domestik di Amerika, politikus sangat populer mengisukan China. Tapi di belakangnya, para diplomat sangat mengerti dan halus dalam relasi dengan China itu, harus lebih halus," ungkapnya.

Saat ini, kata Stanley, dikalangan remaja AS juga mulai terjadi gerakan pergesekan pemikiran soal perang dan perdamaian di dunia. Di sekolah-sekolah AS selama ini selalu diajarkan tentang perang, tetapi masalah perdamaian tidak ada sama sekali.

"Jadi memang perlu ada skema internasional tentang perdamaian. Saya pikir kita harus mulai dari sekolah dasar, harus ada peace. Di Amerika kita banyak belajar perang, perang ini perang itu. Tapi bagaimana pelajaran tentang perdamain itu, tidak ada," katanya.

Dalam skema internasional tentang perdamaian itu, menurut dia,  perubahan besar-besaran itu harus dimulai dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Cara pandang PBB dalam mengatasi konflik antar negara dan menjaga perdamaian dunia saat ini, harus diubah total.

Disamping itu, negara adikuasa seperti AS, Uni Eropa, Rusia dan China juga harus memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada PBB untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, agar tidak ada perang lagi dan perang-perang lainnya.

"Jadi remaja-remaja, pemuda-pemuda di Amerika saat ini maunya dunia lebih damai.  Mereka memanfaatkan sosial media jadi alat komunikasi remaja di seluruh dunia untuk saling mengerti dan berpikir perdamaian. Generasi muda di Amerika sekarang ingin lebih damai seperti generasi di Indonesia," pungkas Stanley. (*)