PKS Tolak Kenaikan BBM dan Minta Setop Pembangunan IKN

PKS Tolak Kenaikan BBM dan Minta Setop Pembangunan IKN

RIAUMANDIRI.CO - Untuk menghemat APBN 2022-2023, anggota FPKS DPR RI Mulyanto minta pemerintah menghentikan pembangunan proyek yang tak perlu, diantaranya IKN Nusantara dan kereta cepat Jakarta-Bandung.

"APBN sebaiknya digunakan untuk membantu dan melindungi kepentingan masyarakat terlebih dahulu sebelum dipakai untuk keperluan lain yang tidak terlalu mendesak," tegas Mulyanto, Rabu (24/8/2022).

Untuk menutupi biaya APBN, Mulyanto minta pemerintah melaksanakan efisiensi dan menyetop proyek yang tidak urgen seperti ibu kota negara (IKN) baru dan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung.

Pembangunan IKN baru dan proyek kereta api cepat Jakarta-Padalarang menurutnya belum perlu dilakukan. Saat ini Indonesia justru perlu membangun kilang-kilang minyak baru agar tidak rentan menaikan harga BBM ketika ada perubahan harga minyak dunia.

"Pemerintah harus dapat menyusun prioritas kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan penting masyarakat. Karena itu Fraksi PKS tegas menolak pembangunan IKN baru dan kereta cepat," tegasnya.

"Anggarannya sebaiknya digunakan untuk subsidi agar harga BBM tidak naik. Fraksi PKS dengan tegas menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah," ulas Mulyanto.

Ditegaskan, berbagai skenario dan pilihan kebijakan yang lebih memihak kepada rakyat harus diambil, ketimbang proyek mercusuar gagah-gagahan.  Apalagi kalau nantinya hanya meninggalkan legacy yang buruk di mata rakyat.

“Kami ingin menyampaikan sikap PKS, bahwa PKS menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Mengapa? Karena masyarakat belum pulih benar dan belum cukup kuat bangkit dari terpaan pandemi Covid-19," kata Mulyanto.

Menurutnya, inflasi yang mendera masyarakat saat ini sudah tinggi. Sehingga kalau harga BBM bersubsidi dinaikkan berpotensi membuat ekonomi masyarakat makin parah.

“Masyarakat hari ini menderita inflasi sebesar 4,94 persen. Ini merupakan inflasi tertinggi sejak Oktober 2015, artinya tujuh tahun yang lalu," jelasnya.

Bahkan, untuk kelompok makanan, inflasi hari ini adalah sebesar 11 persen. Gubernur Bank Indonesia bilang, seharusnya yang tertinggi hanya 5-6 persen. Tapi sekarang, 11 persen. Itu kondisi saat belum ada kenaikan BBM bersubsidi.

Kalau harga BBM bersubsidi dinaikkan, ini dapat dipastikan inflasi sektor makanan akan meroket. Tentu saja, ini akan menggerus daya beli masyarakat, dan tingkat kemiskinan akan semakin meningkat," ujarnya lagi.

Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Inbang ini pun menyoroti bahwa harga minyak sebenarnya sudah turun sejak beberapa bulan terakhir.

“Padahal, sejak Juni 2022, harga minyak terus turun, dari USD 140 per barel menjadi hari ini sebesar USD 90 per barel. Jadi, urgensi kenaikan harga BBM bersubsidi sudah kehilangan makna,” tegasnya. (*)



Tags BBM