Hanya Bikin Gaduh, Mulyanto: Menteri Tak Bidangi Energi Jangan Bicara BBM

Hanya Bikin Gaduh, Mulyanto: Menteri Tak Bidangi Energi Jangan Bicara BBM

RIAUMANDIRI.CO - Anggota Komisi VII DPR RI (membidangi energi) Mulyanto minta para menteri yang tidak terkait dengan bidang energi sebaiknya setop bicara terkait kebijakan pengendalian BBM bersubsidi.

"Apalagi sampai menyatakan besaran angka kenaikan BBM bersubsidi segala. Sebab hal tersebut akan membuat resah masyarakat," kata Mulyanto kepada media ini, Selasa (23/8/2022).

Pernyataan Mulyanto itu menyikapi beberapa menteri ramai mengangkat isu kenaikan harga BBM bersubsidi, seperti  Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Mulyanto menyebut isu kenaikan harga BBM ini sangat sensitif. Sehingga harus dikomunikasikan hanya oleh menteri yang berkompeten dan berwenang terkait masalah ini.

Dengan demikian kabar kenaikan harga BBM tidak simpang siur. Sehingga masyarakat tidak mudah berspekulasi terkait kenaikan harga BBM ini.

"Mohon para menteri dapat menahan diri. Tidak usah bikin gaduh. Pasalnya ini membuat masyarakat resah di tengah tingginya harga bahan pangan sekarang ini," kata Mulyanto.

Mulyanto menyebut sebagaimana dilaporkan BPS, bahwa inflasi secara tahunan untuk bulan Juli 2022 yang sebesar 4.94 persen, tertinggi sejak Oktober 2015. Didominasi terutama oleh inflasi makanan yang mencapai angka 11 persen.

Angka inflasi ini menurut BPS juga dipicu oleh kenaikan harga beberapa jenis BBM non subsidi, seperti pertamax, pertamax turbo, dexlite dan Pertamina Dex.

Angka inflasi kelompok makanan ini sangat tinggi. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) harusnya hanya 5-6 persen.

"Jadi tidak dapat kita bayangkan akan seperti apa melonjaknya inflasi kelompok makanan ini bila pemerintah nekat menaikan harga BBM bersubsidi, seperti solar dan Pertalite. Karena BBM bersubsidi ini digunakan secara luas oleh masyarakat kecil, termasuk untuk angkutan umum orang maupun sembako," ujarnya.

Ditambahkan Mulyanto, masalah makanan ini terkait dengan soal perut. Kalau perut lapar masyarakat tidak bisa berpikir tenang.

Karenanya, pemerintah harus sunguh-sungguh memperhatikan suara hati rakyat kecil. Jangan menambah penderitaan mereka, yang masih belum pulih dan masih belum kuat untuk bangkit dari terpaan pandemi Covid-19.

Apalagi sejak bulan Juni 2022 harga minyak dunia sudah mulai melorot dari 120 dolar Amerika per barel menjadi sekitar 90 dolar Amerika per barel.  Sehingga tidak heran kalau Pemerintah Malaysia telah menurunkan harga BBM-nya. (*)



Tags BBM