Catatan dari Bedah Buku IKMR

IKMR Suksesor PON tak Termaktub dalam Buku

IKMR Suksesor PON tak Termaktub dalam Buku

Oleh: Doni Rahim

Buku 'IKMR: Mengangkat Harkat dan Martabat Suku Minang di Riau' resmi diluncurkan pada saat pelantikan Pengurus IKMR Periode 2021-2026 yang berlangsung di Hotel Grand Central Pekanbaru, Sabtu (16/7/2022). Usai pelantikan buku tersebut dibedah. Hasilnya, terdapat banyak catatan untuk penyempurnaan.

Acara bedah buku menampilkan dua panelis akademisi yang keduanya bersuku Minang dan pengurus IKMR. Mereka adalah Dr Ir Indra Hasan, MT dan Prof Dr eng, Azridjal Aziz. Sementara dari penulis Luzi Diamanda, Iqbal Ali dan Doni Rahim.


Dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Haluan Riau, Doni Rahim, kegiatan ini berlangsung menarik dan memunculkan banyak hal yang mesti menjadi perhatian dan catatan guna penyempurnaan buku.

Di antara yang menguak saat sesi tanggapan floor, buku yang menceritakan sejarah IKMR sejak berganti nama dari IKSB pada tahun 2000 tersebut melupakan catatan sejarah yang pernah diukir oleh IKMR. Adalah soal kiprah IKMR yang turut mensukseskan pelaksanaan PON XVIII tahun 2012 di Riau, tidak termaktub dalam buku.

Sontak hal ini pun menjadi perhatian seluruh peserta bedah buku yang berasal dari ratusan pengurus IKMR baik Riau maupun kabupaten kota yang hadir di acara tersebut.

Adalah Hasan Basril Sikumbang yang melontarkan kitikan tersebut. Lantas, pada sesi tanggapan termasuk oleh Ketua Umum Basrizal Koto, yang menjadi aktor utama dalam torehan puluhan tinta emas yang telah diukir IKMR sejak berdiri, mengaku terhenyuk dan mengaku bahwa benar kesuksesan pelaksanaan PON XVIII tahun 2012 itu tidak terlepas dari peranan IKMR yang dari awal mendukung dan mendorong pelaksanaan PON di Riau.

Termasuk, memberi kritikan kepada Rusli Zainal, saat itu Gubernur Riau, untuk tidak membebankan APBD dalam membangun venue PON.

"Saat itu saya memberi saran ke beliau (Rusli, red) untuk mengumpulkan seluruh perusahaan besar di Riau dan membahas pembangunan venue yang anggarannya bersumber dari perusahaan besar tersebut," rinci Basko, begitu pria ini akrab disapa, saat mengenang masukannya tersebut sering ia lontarkan ke Gubri, namun sayang hal itu tidak dijalani.

Gubri saat itu, lebih memilih membangun venue dengan anggaran APBD. Membebankan keuangan daerah baik saat dibangun maupun pasca-pergelaran PON berlangsung.

'Buku IKMR; Mengangkat Harkat dan Martabat Suku Minang di Riau' sendiri tidak hanya menceritakan sejarah berdirinya IKMR, tapi juga menceritakan sejumlah perjuangan yang diberikan IKMR untuk Bumi Lancang Kuning. Mulai dari perjuangan CPP Blok hingga Jembatan Siak di Siak, termasuk soal keberadaan Pasar Sukaramai.

Karenanya, tak ayal, menurut Azridjal kehadiran buku tersebut semakin membuat orang minang bangga dengan eksistensinya di Riau. Bahwa, melalui buku ini tercatat dengan jelas bahwa IKMR telah memberi kontribusi besar bagi pembangunan di Bumi Lancang Kuning.

Dalam tiga hal penting yang menjadi acuan kegiatan bedah buku saat itu. Antara lain soal tampilan, sajian bahasa dan gaya bahasa serta esensi dari buku itu sendiri.

Cover buku ini tidak lepas menjadi pertanyaan dan perhatian peserta bedah buku. Termasuk soal arti foto tunjuk dua jari Basko, di satu sisi foto tunjuk satu jari Kamardi Rais, Dt Panjang Simule yang menjadi Ketua LKAM Sumbar saat itu.

"Tunjuk satu jari oleh Kamardi Rais, mengibaratkan keyakinan Kamardi bahwa sosok Basko dapat memimpin warga Minag dan Mengangkat Harkat dan Martabat Suku Minang di Riau," jelas Luzi Diamanda memberi argumen arti dari penggunaan foto-foto di cover depan buku.

Diskusi bedah buku semakin berkembang. Setidaknya dua hal penting yang harus menjadi catatan. Pertama perlunya pengurusan hak cipta. Kedua soal keterlibatan suku-suku yang ada di Minang dalam keikutsertaan mereka dalam membangun Bumi Lancang Kuning.

Sementara itu, panelis Indra Hasan menilai, kehadiran buku IKMR ini menegaskan kalau IKMR tak kaleng-kaleng. Buku ini mengangkat harkat dan martabat orang minang.

"Bangga menjadi orang minang. Dan Bangga dengan IKMR," tukasnya. Secara umum, buku ini memang dinilai belumlah sempurna 100 persen. Penulis mengaku, keterbatasan waktu membuat pekerjaan penyusunan buku tidak bisa dilakukan maksimal. Meski demikian, Ketua Umum IKMR Basrizal Koto mengaku akan terus berupaya bagaimana buku sejarah IKMR ini menjadi sempurna.

"Untuk sementara buku ini belum kita edarkan, saya berharap saat Rapat Kerja pengurus yang baru nanti penyempurnaan buku sudah selesai dilakukan. Apa-apa saja yang menjadi catatan dan masukan dari kegiatan bedah buku ini dapat diakomodir guna penyempurnaan buku," tegas Basko.



Tags Basko