Ini Pesan Kepala KKHI Mekkah yang Harus menjadi Perhatian Jemaah Haji Indonesia

Ini Pesan Kepala KKHI Mekkah yang Harus menjadi Perhatian Jemaah Haji Indonesia

RIAUMANDIRI.CO - Kepala kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, dr. Muhammad Imran mengingatkan petugas dan jemaah haji Indonesia yang akan melaksanakan ibadah haji tahun ini untuk dapat mengenali tanda-tanda heat stroke.

Heat stroke atau serangan panas menjadi hal pertama yang diantisipasi tenaga kesehatan haji dalam menjalankan tugas. Karena suhu udara yang begitu tinggi di Arab Saudi pada waktu pelaksanaan ibadah haji pada bulan Juni mendatang.

''Jangan sampai mereka tidak menyadari bahwa sudah masuk dalam tahapan heat exhausted. Mereka harus mengenali gejala heat exhausted. Seperti pusing, mual terutama pada saat aktifitas di luar ruangan,'' kata Muhammad Imran pada rapat koordinasi tim PPIH Bidang Kesehatan, Kamis (26/5) lalu yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan.

Menurut dr. Imran ada kondisi sebelum orang dinyatakan mengalami heat stroke. Kondisi pertama adalah heat exhausted. Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit kepala, keringat berlebihan, kulit terlihat pucat, lembab, dan terasa dingin, nafas cepat, mual, dan nyeri otot.

Kondisi ini dapat diatasi dengan minum air yang cukup, mengganti elektrolit yang hilang, menyemprot tubuh dengan air dan beristirahat setidaknya 30 menit.

Kondisi yang lebih parah, saat orang mengalami heat stroke atau serangan panas. Merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas, karena tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan.

Terjadi peningkatan suhu badan dengan cepat hingga mencapai 41 derajat celcius dalam kurun waktu 10-15 menit, dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.

Heat Stroke atau serangan panas dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan menyebabkan kematian.

''Untuk itu upaya-upaya pencegahan harus gencar dilakukan, untuk petugas mulai dari edukasi cara menyemprot air, bagaimana cara melarutkan dan waktu yang tepat untuk minum cairan elektrolit.

Sementara untuk jemaah, diimbau selalu melengkapi diri dengan alat pelindung diri atau APD dan jangan sampai menunggu haus untuk minum.

Kepada petugas kesehatan jaji diminta untuk dapat mengedukasi baik diri sendiri maupun jemaah haji untuk menjaga diri agar selalu terhidrasi dengan baik.

Pesan yang sama juga disampai oleh Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan dr. Edi Supriyatna.

Perbedaan suhu yang ekstrim ditambah kelembaban yang rendah di Arab Saudi, menimbulkan potensi dehidrasi bagi jemaah haji.

Kondisi ini dapat mengarah pada situasi yang lebih parah yakni heat exhausted bahkan heat stroke. Sehingga asupan mineral yang cukup menjadi kunci penting menjaga jemaah haji tetap terhidrasi dengan baik.

'Kunci dehidrasi adalah mineral loss, jadi harus minum air yang dicampur elektrolit, jangan tunggu haus,'' ujar dr. Edi.

Fungsi elektrolit di sini bukan sebagai obat diare, melainkan sebagai pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembaban.

Konsumsi elektrolit dilakukan setelah jemaah haji melakukan aktifitas di luar hotel, dengan mencampurkan 1 sachet oralit dengan 600 ml air. Selain itu jemaah juga diminta untuk minum air 5-6 botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botolnya.

Jemaah haji diminta menghindari pajanan sinar matahari langsung dengan lengkapi diri dengan APD, salah satunya dengan menggunakan topi dengan bibir (pinggiran) yang lebar sehingga kepala bisa terhindar dari sengatan langsung.

Selain itu juga jemaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung, terutama muka dan tangan. Jemaah juga diminta untuk menggunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat, serta selalu menggunakan alas kaki saat bepergian.

'Edukasi ini harus dijalankan mulai dari sekarang, sebelum jemaah haji berangkat,'' tutup dr. Edi. (*)