Tak Beradat, Usir Saja dari Riau

Senin, 23 November 2015 - 08:42 WIB
Al Azhar
PEKANBARU (HR)-Ulah sejumlah oknum anggota HMI yang membuat kerusuhan menjelang dibukanya Kongres XXIX HMI di Pekanbaru, benar-benar membuat kecewa masyarakat Riau. 
 
Menyikapi hal itu, Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Riau meminta aparat penegak hukum dan pemerintah daerah Riau mengusir segerombolan oknum yang mengaku perwakilan dari HMI yang berbuat onar tersebut. 
 
"Itu (perbuatan anarkis,red) kerja tak beradat. Nanti semua aturan adat ditabrak. Mereka datang ke kampung orang. Apa pula alasan melakukan kegiatan teror merusak fasilitas umum," ujar Ketua Harian LAM Riau, Al Azhar, Minggu (22/11).
 
Menurutnya, sikap gerombolan perusuh tersebut juga merupakan tindakan yang tidak beretika. "Meraja-raja di Kampung Raja, aturan adat apa yang mereka pakai," kesalnya.
 
Seperti dirilis sebelumnya, segerombolan oknum yang mengaku anggota dan kader HMI membuat rusuh di Pekanbaru, Sabtu (21/11) malam. Selain merusak halte bus trans metro di depan Gelanggang Remaja Jalan Sudirman, mereka juga memblokir arus lalu lintas di kawasan itu. 
 
Tak hanya itu, sebelumnya, perbuatan tak etis serta memalukan juga dilakukan gerombolan itu, saat makan di Rumah Makan Umega, Kota lama, Kecamatan Rengat Barat, Indragiri Hulu. Setelah makan di tempat itu, rombongan yang berjumlah hingga ratusan orang itu langsung pergi tanpa membayar apa pun. Saat ditagih pembayaran, sejumlah oknum malah mengancam akan melakukan aksi anarkis terhadap pengelola rumah makan. Akibatnya, pemilik rumah makan merugian belasan juta rupiah. 
 
Menurut Al Azhar, 'gerombolan' perusak tersebut terpisah dari kegiatan Kongres HMI XXIX di Riau, yang berlangsung di Hotel Labersa. Mereka tidak terdaftar sebagai peserta atau dikenal dengan nama Rombongan Liar (Romli).
 
Karena itu, LAM Riau meminta aparat kepolisian dan pemerintah daerah mengusir kelompok perusuh yang telah berbuat anarkis itu. Diingatkan Al Azhar, jika tidak diusir, maka jangan disalahkan nantinya jika sejumlah organisasi kemasyarakatan yang ada di Riau kesal terhadap ulah mereka. 
 
"Sebaiknya aparat ekstradisi (usir,red) mereka dari Riau. Sejumlah ormas menelepon saya. Mereka tidak senang. Itu kita minta aparat keamanan dengan aparatur pemerintah untuk mengeluarkan mereka dari Riau, sebelum ormas-ormas di Riau ini mengusir mereka," tegasnya. 
 
Keberadaan gerombolan oknum HMI yang mengaku dari Indonesia Bagian Timur ini Sabtu (21/11) tengah malam dipindahkan ke Kampus Universitas Riau (UR) Gobah. Sebelumnya, mereka melakukan perusakan di Gelanggang Remaja.
 
Selaku Ketua Harian LAM Riau, Al Azhar mengatakan, dirinya menghormati Kongres HMI tersebut. Namun, ia tidak bisa membiarkan jika ada sekelompok orang yang melakukan aksi teror di Riau. 
 
"Kita menghormati acara itu (Kongres HMI,red). Tapi itu kejadian itu (perusakan,red) adalah terpisah. Yang kita maksud, gerombolan yang di Gobah (Kampus UR,red), balik kan saja mereka. Kongres itu silakan berjalan," tukasnya.
 
Jika para gerombolan tersebut terlalu lama berada di Pekanbaru, dirinya tidak menjamin apakah mereka tidak melakukan teror kembali seperti teror Sabtu malam. "Kalau sudah menabrak aturan hukum dan aturan adat, jangan salahkan kalau orang kampung mencari mencari mereka sekarang," tandasnya. 
 
Rusuh Lagi 
Seolah tak pernah puas membuat onar, gerombolan oknum HMI yang diduga sama, kembali membuat rusuh pada Minggu (22/11) siang kemarin. Bahkan mobil Patwal Sat Lantas Polresta Pekanbaru ikut jadi sasaran. Massa yang berasal dari Sulawesi Selatan itu  tiba-tiba menendang mobil polisi dan melemparinya dengan batu hingga penyok di sisi sebelah kanan dan belakang.
 
Padahal, pemicunya pun sangat sepele. Mereka yang diperkirakan belasan tersebut marah karena jatah nasi bungkus yang diberikan petugas kurang dan tidak sesuai dengan jumlah yang mereka inginkan. 
 
Menurut Wakapolresta Pekanbaru, AKBP S Putut Wicaksono, aksi anarkis massa tersebut terjadi di belakang Purna MTQ Pekanbaru. Tentu saja, ulah itu membuat aparat menjadi geram. Pasalnya, aparat Kepolisian sebenarnya sudah berbuat baik dengan bersedia membantu membagikan nasi bungkus kepada mereka. Apalagi, penyediaan nasi bungkus itu seharusnya menjadi tanggung jawab panitia kongres. 
 
Namun untunglah, suasana panas itu tidak berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah itu, massa yang diwakili beberapa orang perwakilan, sudah meminta maaf. 
 
"Kita ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di lapangan. Kita tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa membuat suasana semakin tak terkendali. Jadi melalui mediasi inilah, kita panggil korlap mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi dan kenapa rombongan mereka sampai melakukan hal seperti itu (menendang dan melempari mobil patwal)," jelas Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Aries Syarief Hidayat.
 
Aries menuturkan, dari hasil mediasi yang sudah dilakukan, massa HMI asal Sulsel yang jadi biang kericuhan pun sudah mengakui kesalahan mereka. Bahkan massa yang bersangkutan juga sudah menyampaikan permintaan maaf secara langsung, terutama kepada Kasat Lantas Polresta Pekanbaru, Kompol Zulanda.
"Sudah (selesai). Mereka (Massa HMI asal Sulsel) sudah minta maaf. Tadi saya juga tegaskan agar mereka tak mengulangi lagi perbuatan yang sama," ujarnya. 
 
Kecewa 
Sementara itu, Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Viva Yoga Mauladi, juga menyayangkan aksi blokade jalan yang dilakukan para oknum kader HMI tersebut. 
 
"Sebaiknya jangan terulang. Mari kita tunjukkan bahwa kader HMI adalah kaum intelektual, progresif, dan independen," ujarnya. 
 
Viva Yoga mengatakan panitia pelaksana kongres harus memperhatikan seluruh kader HMI, baik peserta, peninjau, maupun penggembira kongres. Ia juga menjelaskan, kongres itu milik semua kader sebagai instansi pengambilan keputusan tertinggi di organisasi.
 
"Kader HMI harus memberi keteladanan dalam hidup berdemokrasi karena HMI berdiri sejak 5 Februari 1947," ujar anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Komisi Pertanian (IV) ini. Yoga juga merupakan Ketua Umum HMI cabang Denpasar periode 1992-1993. (dod, tem, rtc)

Editor:

Terkini

Terpopuler