Antrean Solar Mengular, Gubri Sebut Pertamina Kurangi Jatah untuk Riau

Jumat, 05 Agustus 2022 - 09:59 WIB
Antrean kendaraan pengguna BBM jenis solar terjadi di sejumlah SPBU di Kota Pekanbaru. Terlihat, antrean truk di SPBU Jalan Kaharudin Nasution hingga ke badan jalan. (HR/Andika)

RIAUMANDIRI.CO - Bahan bakar minyak (BBM) jenis bio solar kembali mengalami kelangkaan di Kota Pekanbaru. Bahkan di sejumlah SPBU, pengendara harus rela menunggu antrean panjang akibat kurangnya stok, Kamis (4/8/2022).

Kendaraan yang mengantre pada umumnya adalah jenis truk, mobil box, dan mobil tangki. Kondisi ini diduga akibat pengurangan pasokan BBM bersubsidi itu untuk Riau.

Gubernur Riau, Syamsuar, mengaku sudah mendapatkan laporan terkait dengan kelangkaan bio solar yang kembali terjadi. Gubri membenarkan kelangkaan terjadi akibat adanya pengurangan jatah BBM solar bersubsidi ke Riau.

"Kami dapat informasi dari kepala dinas memang solar langka, karena jatahnya memang dikurangi. Pengurangan jatah kuota solar untuk di Riau dilakukan oleh pihak Pertamina karena solar bersubsidi diperuntukkan untuk kendaraan tertentu saja,” ujar Gubri, Kamis (4/8).

Sesuai dengan kriteria kendaraan yang boleh menggunakan solar subsidi tercantum dalam Lampiran Perpres Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

"Jadi pengurangan jatah kuota solar itu dilakukan dengan pertimbangan, bahwa solar digunakan bukan untuk semua kendaraan. Ini kan subsidi, jadi peruntukannya juga dibatasi," jelas Gubri.

Dikatakan Gubri, hanya kendaraan yang sesuai kriteria sajalah yang boleh mengisi BBM jenis solar bersubsidi ini. Sedangkan kendaraan di luar ketentuan yang sudah ditetapkan, dilarang menggunakan bio solar. Apalagi ikut mengantre di SPBU dengan tujuan untuk mengisi solar bersubsidi tersebut.

Agar kebijakan ini dapat berjalan sesuai rencana, Gubri meminta kepada pihak Pertamina untuk memperketat dalam melakukan pengawasan. Sebab, untuk pengawasan penyaluran BBM solar bersubsidi merupakan kewenangan Pertamina.

"Jadi yang berhak saja yang bisa menikmati, Pertamina harus mengawasi ini, supaya yang tidak berhak jangan sampai memakai bio solar," kata Gubri.

Sementara itu, salah seorang warga Pekanbaru, Risce mengatakan, ia kesulitan untuk mengisi BBM jenis bio solar, dan terpaksa mengisi BBM jenis Dexlite dengan harga yang cukup mahal. Ia berharap Pemerintah bisa kembali menormalkan bio solar masuk ke Pekanbaru.

“Saya mau mengisi minyak di SPBU Sudirman, karena kosong saya coba ke SPBU Arifin, sama saja kosong. Ya, terpaksalah mengisi Dexlite, harganya mahal juga. Terulang lagi seperti beberapa bulan lalu, kelangkaan solar,” kata Risce.

BBM Non-Subsidi Naik

Sebelumnya, Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara, Taufikurachman menjelaskan bahwa pihaknya kembali melakukan penyesuaian harga secara berkala.

Dikatakan dia, harga BBM non-subsidi saat ini harganya cukup fluktuatif mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas, terutama harga minyak dunia dan Indonesian Crude Price (ICP).

“Dapat disampaikan bahwa harga rata-rata ICP per Juli di angka 106.73 USD/barel, masih lebih tinggi sekitar 24 persen dari harga ICP pada Januari 2022. Harga ICP ini sangat fluktuatif dan harganya masih relatif tinggi,” jelas Taufikurachman, Rabu (3/8).

Khusus Provinsi Riau, harga Pertamax Turbo (RON 98) terdapat penyesuaian harga menjadi Rp18.600, Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp19.600, dan Dexlite (CN 51) menjadi Rp18.500 per liter. Harga ini berlaku mulai 3 Agustus 2022.

“Penyesuaian harga ini sesuai dengan regulasi Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU).  Sebagai informasi, harga Pertamax Turbo dan Dex Series ini masih paling kompetitif jika dibandingkan dengan produk dengan kualitas setara. Hal ini adalah komitmen kami untuk dapat menyediakan BBM berkualitas dan tetap dengan menjaga keterjangkauan harga,” tambah Taufikurachman.

Editor: Nandra F Piliang

Tags

Terkini

Terpopuler